Aug 27, 2010

CSR, penting yah?

Beberapa tahun belakangan, di negara kita ini seperti sedang keranjingan CSR, yaitu singkatan dari Corporate Social Responsibility. CSR awalnya berangkat dari konsep usaha pengelolaan stakeholder oleh si perusahaan yang menjadi bagian pula dalam GCG (Good Corporate Governance) mereka. Awalnya pula bahwa CSR dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan sekitar agar kembali berdampak positif terhadap sustainability perusahaan. Namun kesini-kesini bisa jadi yang namanya CSR dilatarbelakangi oleh berbagai tujuan yang berbeda. Apabila kita perhatikan berbagai kegiatan CSR perusahaan-perusahaan sekarang ini dibedakan menjadi 3 tujuan yang berbeda, seperti dijelaskan secara singkat berikut :

CSR untuk Murni Sosial

Ada perusahaan yang memprogramkan kegiatan CSR mereka dengan tujuan murni sosial, dalam hal ini “menyumbang” mereka yang kekurangan. Kegiatan CSR dengan tujuan ini biasanya cukup tersembunyi, karena pada dasarnya tujuannya saja sudah sosial buat apa digembar-gemborkan. Proyek atau kelompok yang dibantu pun cenderung tidak selalu ada hubungannya dengan perusahaan, seperti ke panti-panti atau daerah-daerah bencana. CSR dalam koridor tujuan ini murni sebagai kegiatan sosial perusahaan untuk membantu sesama.

CSR untuk Internal

Ada juga kegiatan CSR yang ditujukan untuk membangun rasa solidaritas di dalam internal perusahaan. Suatu organisasi memang membutuhkan media/kegiatan bersama agar rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki tumbuh lebih dalam. Berbagai perusahaan ada yang menggunakan aktivitas sosial sebagai kegiatan bersama yang dilakukan oleh para anggota organisasi. Dalam hal ini seperti kunjungan bersama ke panti atau daerah bencana. CSR dalam koridor tujuan ini mementingkan dampak yang dirasakan oleh pelaku, dalam hal ini para karyawan yang ikut terjun langsung membantu sesama atas nama perusahaan. Melalui kegiatan ini para karyawanpun dapat melihat niat baik dan solidaritas perusahaan kepada sesama, dan tentu meningkatkan cinta akan perusahaan tempat mereka bekerja.

CSR untuk Building A Good Brand Image

Yang tidak kalah banyaknya adalah CSR dengan tujuan untuk meningkatkan citra positif merk di mata masyarakat. Contohnya saja apabila kita melihat berbagai liputan bencana alam, tiba-tiba di tendanya ada nama brand tertentu terpampang besar, karena tendanya sumbangan dari mereka. Bahkan gw pernah lihat yang lebih heboh, yaitu truk penggali tanahnya dipasangkan spanduk besar terpampang logo merk tertentu, karena truk tersebut sumbangan dari mereka. Hal ini memang sah-sah saja, dan tetap memberi dampak positif terhadap orang-orang yang dibantu. Pada koridor tujuan ini, perusahaan mengorientasikan pada publisitas yang mereka dapatkan pada saat melakukan kegiatan CSR. Dalam hal ini tidak selalu berupa bantuan bencana, yang sering kita lihat misalnya adalah bantuan dana pendidikan atau kesehatan untuk kelompok masyarakat tertentu. Pada umumnya CSR dengan tujuan pembangunan citra merk ini mengandalkan publisitas media yang besar, sehingga berita kegiatan ini diharapkan menyebar semakin luas di masyarakat.

CSR untuk Promosi

Nah kalo yang ini juga ga jarang terjadi lho! Bahkan akhir-akhir ini pun kian menjamur. Tentu sering Anda mengamati, apabila Anda membeli produk kami, itu berarti Anda telah menyumbang sekian rupiah untuk anak jalanan atau fakir miskin. Nah itu dia CSR untuk promosi. Pada dasarnya sih menurut gw ini udah agak diluar batas.. dalam hal ini seperti mengkomersilkan niat orang untuk membantu. Ya tapi sekali lagi ini sah-sah saja. Pada intinya kemurnian unsur sosial dari suatu kegiatan CSR didasari pada niatannya. Kalau memang niat awalnya untuk mendongkrak penjualan maka itu bukan CSR, bisa jadi CSeMR corporate social.. eh! Marketing Responsibility! Dan sosialnya dijadikan “alat” atau hanya sebagai atribut konsep promosi semata. Yah selama konsumen juga masih mau berperan serta dan kegiatan sosial yang dijanjikan disalurkan dengan benar, why not? Karena tetap bisa membantu orang yang membutuhkan.

CSR untuk Sustainability Perusahaan Jangka Panjang

Nah menurut gw, yang paling ideal adalah tujuan yang ini.. yaitu untuk sustainability perusahaan jangka panjang. Apa maksudnya? Konsep bisnis sekarang itu sudah berubah, jadi pastikan mindset Anda juga sudah berubah. Kalau dulu orientasi bisnis pada profit jangka pendek, selama dapet chuan gede sekarang, lakukan! Tapi besok-besok masyarakatnya jatuh miskin ga bisa beli produk kita lagi. Nah konsep bisnis sekarang yang sudah dijalankan para pebisnis global seperti Unilever dan HP bahwa perusahaan harus memandang bisnis dengan jangka panjang. Bahwa kewajiban perusahaan untuk memastikan masyarakat terutama konsumen mereka juga berkembang bersama. Mengapa? Karena apabila mereka musnah maka perusahaanpun akan musnah. Kegiatan CSR menjadi salah satu media untuk menjaga sustainability masyarakat itu sendiri. Seperti pada case study yang saya presentasikan dalam sebuah theatrical di Case Study Competition MM Unpar beberapa bulan lalu mengenai CSR Indosat dengan basis tujuan utama sustainability society tersebut. Dalam strategi CSR-nya Indosat memiliki berbagai rangkaian garapan isu, antara lain IndonesiaBelajar, IndonesiaSehat, IndonesiaHijau, IndosatPeduli dan Berbagi bersama Indosat. Berbagai kegiatan riil yang Indosat lakukan melalui berbagai program tersebut dengan tujuan untuk menjaga agar masyarakat Indonesia selalu bertumbuh, karena apabila masyarakat Indonesia terutama pada area garapan produk mereka sustain, memiliki kemampuan ekonomi yang signifikan maka sustainability produk dan company Indosatpun akan terjamin. Setiap tahunnya Indosat mengangkat tema sebagai tema tahunan kegiatan CSR mereka, seperti tema ‘Indosat Cinta Indonesia’ di tahun 2008 dan ‘Satukan Cinta Negeri’ di tahun 2010 ini. Ada baiknya strategi CSR yang Anda lakukan terintegrasi dengan Business Plan perusahaan secara jangka panjang. Hal ini memberi manfaat agar dana yang Anda keluarkan pun memiliki manfaat yang selaras dengan strategi bisnis secara keseluruhan.

Banyak praktisi maupun akademisi yang kian berargumen mengenai tujuan dan penerapan CSR yang kian dinilai melenceng. Tapi apapun bentuk kegiatannya, apapun caranya, CSR hanya bisa dinilai sebagai tujuan sosial dilihat dari niat awalnya. Apabila niat awalnya sosial, tetapi diliput berbagai media ya tidak masalah. Dan selama perusahaan memiliki kepedulian untuk berbagi, alangkah perlunya kita bersyukur, dan jangan lupa suatu peribahasa, bahwa semakin banyak kita memberi semakin banyak kita menerima! Jadi jangan pernah takut untuk memberi  semoga sharing ini bermanfaat dan memberi Anda inspirasi dalam mengembangkan kegiatan CSR menjadi bagian dari strategi bisnis jangka panjang Anda!

Aug 20, 2010

Gerbong Khusus Wanita, Here Comes The Opportunities.

Beberapa waktu lalu seperti wacana yang sudah lama muncul dari PT. Kereta Api (PT KA) bahwa akan diluncurkan gerbong khusus wanita yang sementara ini baru beroperasi pada kereta KRL Jurusan Jakarta-Bogor. Banyak tanggapan beragam dari masyarakat tentu, bagi wanita tentu saja hal ini menjadi suatu inovasi yang menggembirakan, karena melalui kebijakan ini pada saat naik, wanita akan cenderung lebih merasa aman, dan terutama bagi wanita hamil atau manula.

Namun tidak sedikit juga masyarakat yang memberikan respon negatif mengenai hal ini, seperti dicantumkan melalui situs Okezone.com, Ema Kusuma Ali, warga Perumnas Depok yang menjadi penumpang setia KRL untuk menuju kantornya di kawasan Kota, Jakarta Utara menyatakan meski menyambut dengan gembira, namun Ema pesimis gerbong khusus perempuan itu akan langgeng ditempati kaum hawa. Ema sebagai salah satu konsumen PT. KA pesimis karena bisa jadi seperti beberapa kebijakan di negara kita ini, hanya berlangsung awal-awalnya saja, apabila petugas tidak tertib maka bisa saja kebijakan ini tidak berjalan (pria tetap masuk). Namun ada baiknya kita bersikap optimis bahwa kebijakan ini memberikan kenyamanan lebih bagi konsumen.

Anyway terlepas dari kebijakan tersebut, dari isu ini kita bisa mempelajari 2 hal. Yang pertama adalah mengenai inovasi itu sendiri. Banyak yang bilang, dari pakar, motivator sampai banci twitter pun posting di status mereka bahwa tidak ada yang tetap, selain perubahan itu sendiri. Saat kita ingin bisnis kita survive kita harus selalu siap untuk berubah. Terkadang memang perubahan tidak mudah, pertentangan pasti terjadi baik di dalam badan organisasi maupun dari luar.

Seperti halnya PT KA yang siap untuk diterjang tantangan berkaitan dengan adanya perubahan ini. Landasi selalu niat baik dan tujuan untuk menjadi lebih baik, menurut saya inovasi yang dilakukan PT KA ini menjadi suatu jawaban dari hal-hal negatif yang sering muncul, seperti pelecehan seksual, copet, penculikan, dll. Dan usaha ini menjadi salah satu bentuk inovasi PT KA untuk mempertahanakan konsumen wanitanya. Fokus seperti yang dilakukan oleh PT KA bisa menjadi inspirasi bagi kita, bahwa kepentingan dan kepuasan konsumen kita sendiri bisa menjadi landasan berpikir inovasi apa lagi yang perlu kita lakukan.

Dan pelajaran kedua yang bisa kita ambil tentu adalah peluang bahwa pasar wanita merupakan pasar yang sangat potensial untuk digarap. Seperti sering disampaikan pakar-pakar marketing dunia bahwa kecenderungan pergeseran dunia pemasaran ke arah feminin, dan seperti data yang dikeluarkan oleh Euro RSCG dalam mengamati dominasi wanita dalam keputusan pembelian memperlihatkan peningkatan yang signifikan, termasuk dalam keputusan pembelian barang-barang yang awalnya didominasi pria, seperti salah satunya mobil.

Melihat pergeseran sifat pasar ini, wanita semakin menjadi suatu kelompok pasar yang potensial. Terlihat bagaimana banyak brand/bisnis yang kian mengutamakan wanita, seperti jika Anda ke tempat perbelanjaan, hampir di setiap area parkir mereka terdapat tempat parkir khusus wanita. Entah apalagi inovasi yang akan ada untuk memanjakan konsumen wanita, silakan Anda mulai melihat-lihat peluang inovasi apa yang bisa Anda lakukan untuk menyenangkan konsumen Anda yang satu ini, dan hampir dapat dipastikan konsumen wanita yang senang akan menjadi loyal customers dan bahkan merekomendasikan produk Anda. Anda belum meragukan kemampuan WOM mereka kan?

Aug 16, 2010

Old Tricks That Still Works

Apapun profesi Anda, saat Anda memutuskan untuk menjadi seorang marketer, pastikan Anda gemar dan sering melakukan apa yang disebut dengan observasi.

Kebiasaan hobi meng-observasi saya ini sudah dari kecil. Mungkin karena berada dari latar belakang keluarga yang tidak terlalu dominan dan banyak bicara, maka sebagian besar waktu saya dan keluarga habiskan untuk memperhatikan lingkungan sekitar, termasuk siapapun yang sedang berada di sekitar saya.

Misalnya saat berada di bus, angkutan umum, pesawat terbang, rumah makan, supermarket, sekolah, kelas atau rumah sakit. Di mana saja saya pergi, I do observe. Itulah mengapa hingga kini saya memiliki catatan-catatan kecil yang saya amati sendiri mengenai perilaku konsumen berdasarkan karakteristik mereka masing-masing. Berdasarkan usia, gender, pendidikan, geografis maupun ras.

Maka melalui artikel singkat ini saya akan berbagi some old tricks, terutama dalam detail aktivitas pemasaran yang berwujud dalam strategi aktivasi maupun strategi komunikasi lainnya. Beberapa hal di bawah ini tidak luput dari dasar pemikiran bahwa dalam melakukan pendekatan terhadap suatu kelompok target market (yang biasanya homogen), kita harus memperhatikan perilaku mereka, apa yang membuat mereka tertarik, apa kebutuhan dan peluang yang bisa Anda manfaatkan, kaitannya dengan tujuan aktivitas pemasaran Anda. Hal inilah yang perlu Anda lakukan sebelum Anda menetapkan strategi untuk menjual, lakukan studi terhadap “musuh” Anda yaitu konsumen anda sendiri.. enjoy!

Mothers love their husband, children, and more than that.. loves themselves.

Ibu-ibu, mau di pedesaan, di perkotaan, usia muda, usia tua, punya 1 karakteristik yang sama, mereka suka menyenangkan diri sendiri. Memang benar bahwa sebagian besar waktu yang mereka habiskan pada saat berbelanja adalah untuk beli barang-barang yang pada akhirnya tidak mereka gunakan sendiri. Bisa jadi untuk suami, maupun anak-anak mereka. Namun pendekatan yang menjadi bahan observasi saya selalu berhasil adalah pendekatan pujian. Jika Anda sering memperhatikan iklan-iklan deterjen, bumbu masak, dll iklan-iklan tersebut selalu menempatkan sang ibu sebagai objek dan jagoan. Hal ini pula yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Dengan beban yang ditanggung seorang ibu, pujian dan rasa penghargaan harus menjadi nilai utama yang di “deliver” kepada konsumen wanita yang biasa berada di usia 25 tahun ke atas ini. Hal inilah yang juga harus menjadi nilai pertimbangan Anda baik pada saat menyusun konsep kreatif komunikasi maupun skenario Front Liners Anda pada saat melakukan approaching di lapangan. Seperti contoh skenario seorang SPG susu bayi yang saya dengar di salah satu hypermarket ini...

SPG : “Eh cantik banget bayinya (sambil mencubit pipi si bayi, lalu melihat ke arah si ibu) eh ternyata dari ibunya cantiknya.. Bu, apa kabar? Kita dari susu *** lagi ada promo nih bu... bla bla..”

Pujian sekecil apapun bisa membuat perhatian si ibu bergeser dan tidak terlalu fokus ke arah produk, dan sales promotion kita menjadi memiliki beberapa detik kesempatan untuk memberi penjelasan promo produk yang menarik. Dan jangan lupa pujian ini harus dilengkapi dengan promo, karena that another old tricks also works!

Do u still asking what can make men stop for a second even hours?

Betul sekali, apa Anda masih juga bertanya apa yang membuat konsumen pria berhenti untuk mendengarkan penjelasan produk atau melihat iklan (baik iklan bergerak maupun tidak bergerak)? Jika Anda belum tahu jawabannya, Anda tentu kurang melakukan observasi. Jawabannya tentu saja lawan jenisnya yaitu wanita. Wanita yang seperti apa? Tentu tidak perlu ditanya lagi ya, tentu wanita yang cantik, berpenampilan menarik dan smart sebagai nilai tambah (tergantung produk dan target market pria Anda, karakteristik terakhir ini hanya perlu ditambahkan untuk kelompok produk dan target market pria tertentu saja). Namun Anda akan dengan mudah memperhatikan perilaku ini di tempat-tempat pameran atau supermarket. Wanita telah lama menjadi andalan kegiatan activation sebuah produk, dengan berbagai fungsinya. Sebagian besar fungsi mereka adalah “menarik traffic” di mana nantinya akan ada petugas lain yang menjelaskan produk, sedangkan mereka bertugas menjaring orang-orang yang lewat untuk mau berhenti, meluangkan waktu mereka beberapa menit untuk dijelaskan mengenai produk. Hasil observasi saya lainnya adalah pria yang lagi jalan tanpa pasangan mereka lebih sering mudah dijaring, dibandingkan yang sedang berjalan dengan pasangan mereka.

And the last one about the kids..
Kids love sounds, something colorful and dynamic.

Mungkin seperti ayahnya, anak-anak suka yang dinamis (kalau ayahnya suka wanita yang dinamis :D) nah kalau anak-anak suka hal-hal yang dinamis. Hal dinamis dapat berwujud secara audio maupun visual. Dan yang lebih baik lagi adalah kombinasi keduanya. Contoh-contoh attraction bagi anak-anak seringkali lebih mudah kita temui. Seperti stand sebuah susu buah di salah satu hypermarket yang memutar lagu ceria berulang-ulang kali, dapat membuat anak-anak menengok pada saat melewati stand, dan langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah ”do something to attract them”. Lagu yang mereka dengar terus menerus tersebut terngiang-ngiang dan tertanam dalam kepala mereka, itulah yang saya dengar pada saat mereka mengantri di kasir, dan saya mendengar sang anak terus bernyanyi-nyanyi lagu tersebut. Contoh kedua adalah sebuah gua permen yang dibangun oleh Yupi, sebuah brand permen kenyal di Pacific Place, Jakarta. Di atrium utama, mereka membangun sebuah gua dari permen-permen, dengan berbagai mahluk yang bergoyang-goyang (juga terbuat dari Yupi), penggabungan berbagai elemen audio (musik), visual (warna-warni gua) dan wangi yang menarik membaut anak-anak kian terhipnotis.. tidak heran banyak yang merengek orang tuanya untuk dibelikan Yupi, karena syarat untuk bisa masuk gua tersebut adalah memberi paket permen Yupi.

So.. jika Anda sedang mencari-cari apa yang bisa membuat target market Anda mau meluangkan beberapa menit mereka berinteraksi dengan produk Anda, jangan ragu untuk lakukan these old tricks.. tapi saya percaya bahwa masih banyak cara lain, dan bisa dibilang beberapa cara lama ini sedikit membodohi konsumen-konsumen kita, semoga dengan kemampuan Anda berobservasi, Anda dapat menemukan berbagai arahan psikologi manusia lainnya, itulah yang menarik dari bidang pemasaran ini.. it’s not just about science, but also the arts. (Sumber gambar: www.jkayedesigns.com)

Women Taxi

Beberapa bulan ke belakang entah mengapa National Geographic selalu menjadi pilihan utama ketika bersantai menonton TV, mungkin karena sudah bosan dengan banyaknya dagelan tentang politik kita, buka-bukaan aib di kalangan selebritis tanah air ataupun berita-berita yang belakangan ini lebih banyak memberitakan ketakutan, teror, keributan di sana sini dan tentu saja tayangan sinetron yang sepertinya tidak akan pernah habisnya.

Nah salah satunya seperti judul di atas, ada inovasi produk yang cukup menarik untuk dijadikan menjadi bahan diskusi untuk memperkaya khasanah marketing kita. Di satu kesempatan menghabiskan waktu sendiri, saya menonton bagaimana di sebuah negara, mereka menyiapkan taxi khusus untuk wanita dimana penumpangnya hanya boleh wanita dan sopirnyapun wanita untuk menjawab kebutuhan wanita hehe.

Hal ini dilakukan karena dewan transportasi di Negara tersebut mempelajari dan menemukan insight bahwa sering kali wanita tidak nyaman bila menggunakan taxi khususnya di malam hari dengan sopir pria. Selain itu, tingkat kejahatan juga cukup tinggi khususnya kepada penumpang wanita yang dilakukan oleh sopir pria, yah mungkin karena wanitanya kurang berdaya kali yah kalo berhadapan dengan sopir pria.

Insightnya sangat sederhana sekali bukan? Namun taxi wanita ini kemudian mampun menjawab kebutuhan terpendam (laten demand) wanita terhadap “taxi mereka” sendiri, di mana mereka merasa lebih aman, lebih percaya diri dan lebih merasa privasinya dihargai dengan keberadaan taxi wanita ini. Dan memang ternyata Women Taxi mendapatkan pangsa pasar yang cukup besar semenjak diluncurkan.

Haha, iseng abis nonton saya tweet langsung ke Blue Bird, yah entahlah pasti mereka sudah mengetahui ini saya rasa, apakah mau diluncurkan atau tidak itu sih perkara lain, karena tentu banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh mereka selain pangsa pasar yang saya yakin cukup besar. (jangan sampe ajah di dahului pesaing hehe)

Ngomong-ngomong kalo memang ada yang coba meluncurkan Women Taxi ini apakah secara hitung-hitungan bisnis akan menguntungkan? Saya sih berpikirnya sederhana saja.

(1)Pertama taxi premium ajah banyak padahal marketnya tentu lebih sedikit dari pada market wanita. (2)Kedua, berapa banyak wanita yang naik taxi? Entahlah saya tidak punya datanya, tapi perkiraan saya mungkin 60 persen lebih pengguna taxi adalah wanita (Correct me if i am wrong). (3)Ketiga, wanita mana yang tidak ingin dilayani lebih personal dan lebih customized?. (4)Keempat, hampir semua wanita mungkin, butuh rasa aman ketika memilih taxi.

Akhirnya, kita tunggu ajah apa ada perusahaan taxi yang berani memulainya. (Sumber gambar: www.tropeblog.com)

Model Bisnis dan Obsat

“Marketing itu adalah kerja keras, kreatif dan perpikir taktis, ga perlulah dengan semua model-model yang dibuat oleh pakar itu bro, cuma  bikin pusing ajah dan malah bikin kita banyak mikir dan lambat.” Ini orang sepertinya rada kurang waras kalo ngomong, gumam saya dalam hati hahaha.

Saya sih basically ga terlalu ingin berdebat dengan topik seperti itu apalagi memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga orang yang bisa sukses tanpa model-model marketing modern yang tumpah ruah saat ini, modalnya yang seperti yang dikatakan teman saya tadi, kerja keras, kreativitas dan taktis, walaupun tentunya banyak lagi faktor-faktor sukses lainnya yang tidak tersebut olehnya seperti SDM, system, kepemimpinan dan sebagainya. Namun bila bicara memilai bisnis, rasanya ketiga hal tersebut adalah hal yang paling relevan.

Ok coba saya lanjutkan pembicaraan saya. “Bro, khan tuh model-model juga dibikin berdasarkan pengalaman dan riset dibanyak perusahaan yang sudah sukses ataupun belajar dari yang gagal, sehingga memudahkan pebisnis-pebisnis yang baru untuk belajar bagaimana bisa sukses dan menghidari kegagalan.” “Iya sih bro, cuma khan tetap saja tanpa kerja keras, kreatifitas dan taktis mana mungkin bisnis bisa berhasil”.

Buat saya yang berkerja di dalam industri brand dan marketing, model kadang kala sangat diperlukan sebagai penunjuk arah dalam menjawab data dan fakta yang kita temui di awal sekaligus menutupi kesenjangan pengetahuan kita terhadap klien yag dihadapi. Coba saja bayangkan ketika kita berhadapan dengan orang yang sudah lama di dalam sebuah industri, sudah makan asam garam terhadap bisnis tersebut, bagaimana kita bisa mengimbangi pembicaraan yang terjadi bila kita tidak memiliki model?

Ya begitupun sebaliknya, ketika kita memulai bisnis, tentu saja di dalamnya kita akan berhadapan dengan pesaing baik langsung maupun tidak langsung, konsumen yang sulit diprediksi tingkah lakunya dan lingkungan sekitar bisnis kita kelak yang mungkin akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan bisnis kita, bagaimana kita bisa menghadapi semua itu dan bersiap dengan kemampuan terbaik kita tanpa model yang nota bene bisa dikatakan sebagai sebuah gambaran?

Anda ingin buka restaurant katakanlah, tentu saja Anda membutuhkan model-model pemasaran yang tepat untuk sebuah restaurant, konsumen, pesaing dan sebagainya sehingga dengan model tersebut kita bisa memetakan seperti apa strategi dan program restaurant kita untuk bisa sukses. Coba anda bayangkan tanpa model, yah paling-paling berakhir dengan feeling, kreatifitas, kerja keras yang tanpa arah. Sukses atau tidak yah lihat ajah ntar, seperti itu khan?

So, saya pikir akan selalu penting kita untuk belajar literaur-literatur luar yang menampilkan model-model bisnis, marketing, branding dan apapun itu untuk menjadi semacam kompas dan pijakan dalam menentukan arah dan kebijakan dalam sebuah bisnis, yah tentu jangan pulah kemudian menjadi model tersebut dijadikan patokan mati sehingga menutup kreatifitas dan inovasi hanya gara-gara tidak sesuai dengan model yang kita anut. Prinsipnya setiap bisnis pasti punya model yang tepat untuk berhasil. (Sumber gambar: www.andrinemendez.com)

Aug 6, 2010

Jadi Raja Lokal, Susah-susah Gampang.

Beberapa waktu lalu pada saat menghadiri acara salah satu klien kami di Malang, saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di kota Bunga tersebut (Pemdanya meng-claim bahwa Malang adalah kota Bunga, padahal lebih cocok sebagai kota wisata arsitektur/bangunan!).

Satu fenomena yang bisa kita tangkap dari beredarnya produk di kota-kota sub urban adalah kuatnya raja-raja lokal. Seperti contoh kasus air mineral yang beredar di wilayah-wilayah lokal. Kita semua tahu bahwa beberapa top brand air mineral di Indonesia adalah Aqua, Vit atau Ades. Namun di setiap wilayah lokal memiliki “raja-raja”nya sendiri. Seperti di Jawa Barat ada Ron88, di wilayah Jawa Timur khususnya Surabaya dan sekitarnya adalah Club dan Cheers. Seperti di kota Malang ini, di mana-mana, mau di asongan, di hotel, di restoran, di mini market, semua sedianya Cheers. Menjadi raja lokal susah-susah gampang. Susahnya adalah mengikuti standar brand nasional yang menjadi patokan kualitas masyarakat karena masuknya informasi melalui berbagai media, terutama televisi. Raja-raja lokal ini sudah tidak bisa lagi bermain dengan standarisasi mereka masing-masing dan apabila ingin tetap dipersepsikan sebagai brand yang berkualitas harus mengikuti berbagai inovasi baik dari kualitas air maupun kemasan dengan brand nasional yang memegang kendali.

Namun kemudahannya adalah brand lokal memiliki keterikatan yang lebih erat dengan masyarakat di lokasi tersebut. Dan tentu brand lokal memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih detail mengenai cara pemasaran dan distribution channel hingga habit  masyarakat di lokasi tersebut. Sulit bagi brand nasional atau brand pendatang untuk memahami kembali “cara hidup” atau buying habit masyarakat lokal. Brand lokal memiliki modal yang kuat di koridor tersebut.

Salah satu fenomena yang ditemukan pada saat saya dan tim membantu melakukan pengembangan pasar salah satu produsen air mineral lokal tersebut adalah bahwa jaringan menjadi salah satu hal yang penting dan bisa jadi salah satu indikator kekuatan pemasaran. Masalahnya kalau sebagian besar pemilik bisnis, terutama HOREKA (hotel, restoran dan kafe) adalah teman-teman atau kenalan dari pemilik, akan dengan mudah menembus distribution channel di area tersebut. Hal inilah yang sulit untuk dilakukan brand-brand nasional. Brand nasional harus memiliki strategi yang lebih tersistematis apabila ingin menguasai jaringan tersebut pula, seperti penawaran diskon atau benefit lain yang menarik. Namun terkadang hal itu juga sulit untuk dilakukan, karena sudah kuatnya hubungan pribadi antara pemilik distribution channel dengan pemilik produsen lokal. Seperti kita ketahui bahwa cara berbisnis para pengusaha lokal seringkali adalah “bisnis hubungan baik” dan kekeluargaan.

Namun perlu diingat bahwa aktivitas branding dan usaha menanamkan brand image di masyarakat harus terus dilakukan brand lokal, jangan sampai kita terus mem-push produk ke pasar, tapi masyarakat enggan menyerap, karena “kalah pamor” dengan brand nasional yang iklannya ada di mana-mana. Penggunaan berbagai media untuk selalu dekat dengan konsumen bukan hanya sekedar kepentingan brand awareness semata, tetapi bagaimana keberadaan di berbagai media tersebut menciptakan image bahwa produk kita layak untuk dipercaya karena produsen “serius” memperkenalkan dan menanamkan persepsi di benak konsumen. Jadi, apakah Anda sudah siap mempertahankan gelar raja lokal?
(Sumber gambar: www.madore.com)